
Jakarta, Belakangan ini, sering kita jumpai anak-anak kecil yang masih SD tetapi sudah dibekali smartphone canggih oleh orangtuanya. Tidak hanya sekadar untuk telepon dan SMS, smartphone juga memiliki daya tarik untuk anak karena memberikan kemudahan dalam mengakses media sosial dan bermain game.
Di dalam buku "Mendidik Anak di Era Digital" yang ditulis oleh seorang psikiater dan praktisi pendidikan anak terkemuka di Korea, Yee-Jin Shin, mengungkapkan bahwa pada bulam Mei hingga Juni 2013, Kementerian Kesetaraan Gender dan Keluarga di Korea melakukan pemeriksaan terkait kebiasaan penggunaan internet dan ponsel cerdas atau smartphone terhadap total 1.630.000 murid dari kelas 4 SD, 1 SMP, dan 1SMA. Dari hasil pemeriksaan itu diketahui bahwa 17,9% anak berisiko kecanduan ponsel cerdas, sedangkan 6,4% yang kecanduan bermain internet di komputer.
Hal itu tidak begitu mengherankan karena di Indonesia sendiri fenomena kecanduan smartphone pada anak sudah terlihat dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya saja saat berjalan-jalan di Mall, banyak gerombolan anak dan remaja yang berjalan sambil menundukkan kepala untuk memainkan smartphonenya. Tidak hanya itu, saat sedang makan bersama keluarga, mereka lebih sering asik sendiri bermain smartphone daripada bercengkrama dengan keluarganya.
"Pemakaian komputer itu terbatas, sedangkan ponsel cerdas dapat diakses kapan pun dan di mana pun. Kita bisa membawa ponsel cerdas yang seukuran telapak tangan dengan mudah. Kita bisa juga mengobrol dengan teman melalui berbagai macam aplikasi media sosial hanya dengan sentuhan jari. Bisa mengecek informasi terbaru, menonton kartun atau video untuk mengusir rasa bosan sekaligus hiburan dan sebagainya. " ungkap Yee-Jin Shin di dalam bukunya seperti dikutip detikHealth dan ditulis pada Jumat, (17/10/2014).
Yee-Jin Shin juga menjelaskan bahwa di dalam dunia digital yang terkoneksi secara berlebihan, anak memang bisa bertemu dengan banyak orang dan barang. Namun, hal itu juga akan membuat anak menjauh dari teman-teman dan keluarganya di kehidupan nyata selama beberapa waktu. Ini juga kemudian menimbulkan anggapan wajar jika anak tidak mengobrol dengan keluarganya dan tidak bermain dengan teman-temannya karena ketergantungan terhadap smartphone.
"selama dia beraa di dunianya sendiri melalui ponsel cerdas atau smartphone yang digunakannya itu, anak tidak akan terpikir bahwa dia sebenarnya menjadi terasing secara sosial," papar Yee-Jin Shin.
sumber: http://health.detik.com/read/2014/10/17/102937/2721523/1301/awas-pada-anak-anak-smartphone-lebih-nyandu-dibanding-komputer
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Search
Get Your Dash Coin
Get Your Doge Coin
Powered by Blogger.
Popular Posts
-
Inilah 6 Penemuan Ladang Ganja Terluas di Indonesia Ard Share 20/07/12 Pihak kepolisian kembali mencatatkan prestasi dalam ...
-
Verse Tangan Tuhan tak kurang panjang Untuk s'lalu menolong hidupku TelingaNya tak kurang tajam Untuk mendengar seruan hati...
-
Physical characteristics of Indigo Children, Are In Your Child? Indigo Children are born with an old soul, or early adult levels by age very...
-
Lord I call Your Name I Hear Your voice Searching for me Lord I humble my self I’m on my knees Here in Your presence I ...
-
Meskipun tak kumengerti Apa yang kualami Namun ku yakin Tuhan punya Rancangan terbaik Pertolonganku datang dari Mu Yesus yang k...
0 comments:
Post a Comment