On Tuesday, August 06, 2013 by Unknown in    No comments
[ 07/06/2011 - 02:30 ]


Kairo – PIP: Syamil Sultanuv adalah pakar dan pengamat Rusia terkenal. Ia pernah menjadi koresponden khusus harian Don (to day) di tahun 1991 dan pimred harian Zavtara (tomorrow) tahun 1994. Pernah menjadi anggota dewan nasional rakyat Rusia tahun 1995 dan pernah menjadi wakil ketua Pusat Studi Internasional untuk Ekonomi Regional dan ketua asisten Partai Aqalim Rusia.

Sultanuv pernah menjadi anggota legislativ Doma Rusia dari tahun 2003 hingga 2005. Kini ia menjabat ketua Pusat Studi Strategi Rusia – Dunia Islam. Selain seorang pakar futurologi soal kondisi dunia Islam dan Rusia, Sultonov juga mumpuni dalam menganilisis situasi kekinian Rusia, Cina, Amerika dan Eropa.

Ia dilahirkan tahun 1952 di Uzbekistan dan merupakan jebolan lembaga Universitas Moskow untuk Hubungan Internasional, ia pernah mengetuai komunitas ilmiah di lembaga pendidikan tersebut. Tahun 1989 ia pernah menjadi wakil ketua dekan fakultas ekonomi luar negeri di universitas tersebut.

Berikut petikan wawancaranya dengan Markaz Filistini Lili’lam (Pusat Informasi Palestina):

PIP: Pertama, bagaimana Anda melihat situasi dunia internasional dan kawasan Timteng di tengan sejumlah perubahan sekarang?

SS: Perkenankan saya pertama memulai tema paling mencuat secara umum di dunia yang bisa masukkan dalam tema besar “situasi ketidakjelasan”. Ini kembali kepada krisis ekonomi dunia dan krisis-krisis tata dunia sekarang. Krisis di Eropa, Amerika, Jepang dan negara-negara besar lainnya saat ini belum ada tanda-tanda solusi atas krisis secara jelas sehingga menyebabkan penentuan kebijakan di barat dan Jepang.

Masalah lain adalah hubungan antara Amerika dan Cina. Di satu sisi agaknya dua negara ini saling membutuhkan satu sama lain dari sisi ekonomi. Namun di sisi lain, konfrontasi, persaingan dan saling menantang antara keduanya begitu kuat. Bukan saja dalam bidang energi secara khusus, tapi melibatkan bidang lain yang mempengaruhi keputusan politik dan militer.

Saat ini bisa disimpulkan bahwa hegemoni tunggal kutub Amerika atas dunia akan berakhir setelah mengendalikan dunia selama 20 tahun terakhir. Namun hingga sekarang terus terang, tidak ada sistem dunia atau kutub dunia yang menjadi calon pengganti Amerika. Situasi ketidak jelasan inilah yang menguasai dunia sekarang.

Bahayanya, situasi ketidak jelasan ini justru menggiring terjadinya perang dunia. Perang ini arenanya bukan Korea Utara, Eropa, Amerik Latin namun ada tiga wilayah geografis yang kemungkinan besar menjadi calon arena perang itu; yakni Timteng, Iran dan Kaukas. Sebagai contoh, jika di Timteng terjadi perang maka Israel ambil bagian di dalamnya sehingga Amerika harus intervensi secara terpaksa. Ini tabiat perang dunia. Atau Iran akan diserang, dan Cina tidak akan tinggal diam karena dia akan mendukung Iran. Sebab Cina sangat membutuhkan energi yang dijadikan sandaran Iran (gas dan minyak).

PIP: Bagaimana Anda melihat revolusi Arab saat ini dan masa depannya?

SS: Faktor ketidakjelasan dan blur di dunia saat ini memberikan pengaruh langsung kepada revolusi Arab saat ini. Saya ingin tegaskan bahwa apa yang terjadi di Arab bukanlah revolusi-revolusi di beberapa negara Arab, tapi “satu revolusi Arab” yang akan terus belanjut satu hingga dua dekake sampai hasilnya kelihatan berupa perubahan yang diinginkan. Ini terbukti secara historis seperti yang terjadi di Iran, Rusia, dan lainnya. Di Rusia revolusi terjadi tahun 1917 dan berlangsung hingga 1936.

Soal pendorong revolusi tersebut, menurut saya itu adalah revolusi mencari jati diri dan identitas. Sistem sekularisme, liberalisme, komunisme, dan nasionalisme terbukti gagal. Saya melihat identitas yang muncul dari revolusi itu sangat kental islamnya. Namun menurut saya juga, masalahnya adalah tidak ada program politik Islam praktis riil yang mampu membantu mewujudkan harapan dan cita-cita bangsa Arab yang saat ini melakukan revolusi.

Ketika saya bicara soal Islam politik, maksud saya adalah dalam lingkup umum yang luas. Misalnya, kita menemukan Ikhwanul Muslimin di Mesir merupakan organisasi yang sistem politiknya berkembang secara besar. ini organisasi yang memiliki sejarah yang besar. ini salah satu faktor besar revolusi. Ia memiliki keterlibatan yang jelas dalam revolusi ini. Namun sayangnya, mereka tidak memiliki planing ekonomi untuk memajukan situasi kehidupan di Mesir. Ketika saya bertanya kepada mereka apakah IM memiliki rencana ekonomi untuk mengendalikan krisis yang saat ini dihadapi Mesir? Saya tidak mendapatkan jawaban yang meyakinkan. Ketika bangsa Mesir keluar dari rumah mereka mencari makan karena lapar, apa yang akan kalian berikan? Saya tidak menemukan jawab yang meyakinkan. Demikian halnya di Yaman dan Tunis.

Ketika saya bicara tentang ideologi Islam politik dalam tataran praktis, apakah mereka akan mengikuti sistem Turki atau sistem Iran misalnya, atau sistem tertentu? Ini adalah masalah kelompok elit intelektual di kawasan Arab yang memiliki gap besar dengan bangsanya. Ini tantangan besar bagi bangsa yang melakukan revolusi.

Ada dua contoh revolusi Islam iran dan Turki. Revolusi Islam telah menunjukkan kelayakannya dalam mengembangkan sistem baru menggantikan sistem usang sebelumnya. Contoh kesepahaman mereka dengan lembaga militer sekuler dan gagasan mereka di Turki terbukti berhasil sampai sekarang. Gap itu bisa dipangkas.

PIP: Hamas dan Fatah sudah menandatangani draft perjanjian rekonsiliasi, menurut pendapat Anda apakah ini akan berlangsung lama?

SS: Menurut pandangan saya Fatah tidak mungkin dianggap sebagai kekuatan independen. Kinerja politik Fatah tergantung oleh politik Amerika dan Israel. Jadi tentu kami menyadari bawha Israel anti segala jenis yang berbau rekonsiliasi antara Fatah dan Hamas. Meskipun ada kontrdiksi politik Israel terhadap rekonsiliasi. Di satu sisi, Israel bilang perunding Palestina tidak mewakili bangsa Palestina dan tidak mungkin berunding dengan kelompok yang mengatasnamakan bangsa Palestina seluruhnya. Di sisi lain Israel bilang menentang Fatah jika rekonsiliasi dengan Hamas.

Di sini ada dua masalah; pertama, situasi terbaik bagi Israel adalah tidak perang dan tidak damai. Ini sangat menenangkan Israel sebab perundingan tidak menghasilkan apa-apa. Kedua, saya yakin, bahwa yang mendorong Abbas untuk rekonsiliasi dengan Hamas adalah Amerika. Kenapa? Sebab ada kelompok di pemerintah Amerika tidak ingin perang dan sudah lelah di Timur Tengah dan ingin menenangkan sebagian masalah yang menimbulkan situasi panas sehingga mereka bisa menangani masalah lainnya.

Ini adalah permainan. Saya pernah katakan bahwa Amerika tidak ingin perang sekarang. Ia tidak siap menghadapi perang yang bisa jadi akan menyeret perang dunia. Hal itu karena mereka gagal di Afganistan dan Irak. Disamping itu, Amerika tidak memiliki pasukan yang memadai untuk menghadapi perang jenis ini.

Tahun 2003, ketika Rumsfeld Menhan Amerika kala itu ditanya tentang perang Irak, dia menjawab dengan terang, “Saya memiliki 18.000 pasukan, beri saya 45.000 pasukan untuk menentukan perang.” Namun Amerika tidak mungkin mencapai jumlah itu karena tidak mungkin dikerahkan satu front.
Jadi, revolusi Arab yang menggolakkan Intifadah atau perang di kawasan tidak mungkin Amerika akan siap menghadapinya. Karenanya, Amerika butuh menenangkan masalah Palestina. Sebab perang jenis ini akan menimbulkan tragedi bagi ekonomi barat dan kebudayaan barat yang tugasnya harus menjaga Israel. tindakan mendorong rekonsiliasi itu juga untuk membuktikan bahwa itu berpihak kepada Timur Tengah sehingga harus mendukung rekonsiliasi Fatah dan Hamas. Saya kira Amerika juga tidak akan menghalangi deklarasi negara Palestina pada September mendatang.

PIP: Dalam peringatan “nakba” Mei lalu, bagaimana Anda melihat masa depan entitas Israel?

SS: Dengan terus terang, saya menilai Israel diambang kehancuran. Ini akan terjadi antara 15 hingga 20 tahun lagi. Sebab ini adalah negara buatan. Pernah terjadi perang dunia antara dua aliran Uni Soviet dan Amerika Serikat. Uni Sovier sudah hancur. Hari ini, Amerika tidak membangun rencana-rencananya di masa depan untuk bertahan karena ia berkoalisi dengan Israel. Ada lobi politik yang terus meningkat di Amerika yang kini terus gencar mengkritik hubungan dengan Israel sebagai hubungan yang melibatkan Amerika kepada dilemaa-dilema beragam. Hubungan Amerika dengan Israel justru dianggap bertentangan dengan kepentingan Amerika di Timur Tengah dan hubungan dengan dunia Islam. Tahun lalu kita dengar kritikan Jenderal Petraeus terhadap Israel. Jenderal ini yang memiliki masa depan menarik dalam pemerintah mendatang. Ia termasuk elit militer yang memiliki posisi dalam penentu kebijakan di Amerika Serikat.


---

Shamil Sultanuv is well-known Russian experts and observers. He had been a special correspondent Don Daily (to day) in 1991 and daily pimred Zavtara (tomorrow) in 1994. Never became a national board member of the Russian people in 1995 and had been a vice chairman of the International Studies Center for Regional Economic and assistant chairman of the Russian Aqalim Party.

Sultanuv been a member of the Doma legislativ Russia from 2003 to 2005. Now he was the chairman of Center for Strategic Studies Russia - Islamic World. Apart from an expert on futurology about the condition of the Islamic world and Russia, also qualified in menganilisis Sultonov present situation in Russia, China, America and Europe.

He was born in 1952 in Uzbekistan and was graduated from Moscow University institute for International Relations, he had chaired the scientific community at that institution. In 1989 he had become vice-chairman of the economics faculty dean at the university abroad.

The following excerpt of his interview with Markaz Filistini Lili'lam (Palestinian Information Centre):

PIP: First, how do you view the situation of international and Middle East region amid a number of changes now?

SS: Let me first start sticking the most common themes in the world can enter in the big theme of "fuzziness situation". This goes back to the world economic crisis and the crises of the present world order. The crisis in Europe, America, Japan and other major countries there is currently no sign of a clear solution to the crisis that led to the determination of policy in the west and Japan.

Another problem is the relationship between America and China. On the one hand it seems the two countries need each other from an economic standpoint. But on the other hand, confrontation, competition and challenge each other between the two is so strong. Not only in the energy sector in particular, but involves other areas that affect the political and military decisions.

Currently it can be concluded that the single pole American hegemony over the world will end after controlling for the past 20 years. But until now, frankly, there is no world or polar world system that became the American substitute candidate. The situation is unclear which rules the world today.

The danger, obscurity is precisely the situation led to one of the world wars. This war arena rather than North Korea, Europe, Latin Amerik but there are three geographic areas that are likely to become candidates for the arena of war; the Middle East, Iran and Kaukas. For example, if a war in the Middle East then Israel took part in it so that Americans should be forced to intervene. This nature of the world war. Or Iran will be attacked, and China will not remain silent because he will support Iran. For China desperately needed energy to be relied upon Iran (gas and oil).

PIP: How do you see the Arab Revolt of current and future?

SS: Factors confusion and blur in the world today providing a direct influence on the Arab revolution today. I want to reiterate that what happened in Arabia is not the revolutions in several Arab countries, but "an Arab revolution" that will continue belanjut one to two dekake until results are visible in the form of the desired changes. This is proven historically as happened in Iran, Russia, and others. In Russia the revolution occurred in 1917 and lasted until 1936.

Problem drivers of this revolution, in my opinion it is a revolution looking for identity and identity. The system of secularism, liberalism, communism, and nationalism have proven false. I saw the identity emerging from the Islamic revolution were very thick. But in my opinion also, the problem is there is no real practical Islamic political program that is able to help realize the hopes and aspirations of the Arab nation that is currently making a revolution.

When I talk about political Islam, I mean it is in general a broad scope. For example, we found the Muslim Brotherhood in Egypt is an organization that develops its political system great. This organization has a great history. this is one big factor revolution. He has a clear involvement in this revolution. But unfortunately, they do not have the economic planing to advance the situation of life in Egypt. When I asked them whether IM has a plan to control the economic crisis now facing the Egyptian? I do not get a convincing answer. When the Egyptians out of their homes looking for food because of hunger, what will you give? I do not find a convincing answer. Likewise, in the Yemen and Tunis.

When I talk about the ideology of political Islam in practical terms, whether they will follow the system such as Turkey or Iran's system, or a particular system? It is a matter of an intellectual elite in the Arab region who has a big gap with the nation. This is a big challenge for a nation that did the revolution.

There are two examples of the Islamic revolution of Iran and Turkey. Islamic Revolution has shown its feasibility in developing a new system to replace the previous outdated system. Examples of their agreement with the secular military institution in Turkey and their ideas prove successful until now. Gap could be trimmed.

PIP: Hamas and Fatah signed reconciliation draft agreement, in your opinion whether this will last long?

SS: In my view Fatah might not be considered as an independent force. Fatah's political performance depends on the American and Israeli politics. So of course we recognize Israel bawha anti any kind that smells of reconciliation between Fatah and Hamas. Although there kontrdiksi Israeli politics towards reconciliation. On the one hand, Palestinian negotiator says Israel does not represent the Palestinian nation and it is impossible to negotiate with the group on behalf of the Palestinian people completely. On the other hand Israel says if reconciliation with Fatah against Hamas.

Here there are two problems: first, the best situation for Israel is no war and no peace. It's very calming Israel because negotiations do not produce anything. Secondly, I believe, that is pushing Abbas to reconcile with Hamas is America. Why? Because there are groups in the United States government does not want war and are tired of the Middle East and want to calm some of the problems that give rise to the heat so that they can handle other problems.

It is a game. I never said that America does not want war now. He was not prepared for a war that may be dragging the world war. That's because they failed in Afghanistan and Iraq. Besides, Americans do not have sufficient forces to face this kind of war.

In 2003, when U.S. Defense Secretary Rumsfeld was then asked about the Iraq war, he replied brightly, "I has 18,000 troops, give me 45,000 troops to decide the war." But America may not reach that number because it can not be deployed one front.
Thus, the Arab revolution menggolakkan Intifada or war in the region might not be ready to face America. Therefore, Americans need to calm the Palestinian issue. Because this type of war will lead to tragedy for the western economy and western cultures that Israel should keep his job. encourage reconciliation action was also to prove that it is siding with the Middle East so it should support the reconciliation of Fatah and Hamas. I think Americans also will not prevent the declaration of a Palestinian state in September.

PIP: In commemoration of "Nakba" in May, how do you see the future of the Israeli entity?

SS: With frankly, I was judging Israel on the verge of collapse. This will occur between 15 to 20 years. Because this is an artificial state. There has been a world war between the two streams of the Soviet Union and the United States. Sovier Union was destroyed. Today, Americans are not building plans in the future to survive because he was a coalition with Israel. There is a growing political lobby in America has continued to aggressively criticize the relationship with Israel as a relationship involving the United States to dilemaa-range dilemma. American relations with Israel is regarded as contrary to American interests in the Middle East and relations with the Islamic world. Last year we hear criticism of General Petraeus against Israel. These generals who have a future interest in the next government. He belonged to the military elite that has a position in the decision-makers in the United States.

0 comments:

Post a Comment